6/17/12

Sekilas Global Indonesia

Ekonomi dunia kali ini dihadapkan dengan tren bearish dan bullish yang terus bergerak aktif. Dalam rilis terbarunya mengenai pertumbuhan ekonomi dunia, World Bank memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan. Tak terkecuali Indonesia juga merasakan hal yang sama. Prediksi bank dunia menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berhenti pada level 6,1%. Prediksi ini sedikit berbeda dengan prediksi pemerintah yaitu 6,2%. Dalam dilema ekonomi seperti ini, persiapan menghadapi krisis yang dibawa dari daratan Eropa menjadi sorotan utama pemerintahan. Bahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri, pemerintah telah mempersiapkan dana siaga sebesar $5 miliar sebagai antisipasi atas imbas krisis dari Eropa. Bukan itu saja, samurai bond pun juga sudah siap menjadi dana siaga bagi pemerintah. Hal ini tentunya menjadi sesuatu yang krusial. Mengingat sebentar lagi Indonesia akan menghadapi  ASEAN community 2015. Berbagai program yang telah direncanakan terancam terhambat perkembangannya. Sebut saja program ASEAN Open Sky. Program yang telah lama direncanakan mengalami perlambatan dalam pengaplikasiannya. Apalagi Indonesia masih berada pada posisi ASEAN –x (ASEAN minus x) dimana istilah ini menunjukkan Indonesia belum siap dalam menghadapi Open Sky jika dilihat dari segi insfrastruktur. Disisi lain, potensi penurunan economic growth ini membawa dampak langsung pada ekspor-impor Indonesia. Sasaran pasar ekspor tradisional seperti Uni Eropa, Jepang, dan Amerika serikat dan pasar ASEAN seperti Singapura dan Malaysia dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update yang dirilis oleh bank dunia menunjukkan adanya kontraksi pada pasar ekspor Indonesia. Penurunan ekspor terjadi sebagai dampak dari ekspansi ekonomi negeri tirai bambu. Kondisi ini semakin diperparah dengan semakin derasnya arus impor Indonesia. Baik itu dari kawasan ASEAN maupun Asia. Yang paling menonjol dari sekian produk impor yang masuk ke Indonesia adalah pada sektor agrikultur. Indonesia seakan-akan dihujani dengan produk-produk agrikultur yang notabene merupakan produk-produk pangan, sebut saja jagung, beras, kedelai, dsb. Padahal pada beberapa produk pertanian sudah mampu mencapai titik surplus, dan ini bisa menjadi peluang untuk membuka pasar ekspor bagi Indonesia. Jika hal-hal yang demikian dibiarkan maka bisa diprediksi sektor pertanian akan ambruk. Padahal sektor pertanian merupakan penopang pembangunan Indonesia mengingat ekonomi Indonesia yang sangat sensitif terhadap fluktuasi harga bahan pangan. Pemikiran paling sempit adalah seandainya impor produk agrikultur terus-menerus tanpa mengurangi kuotanya maka sama saja menghancurkan sektor agrikultur dalam negeri. Jika itu terjadi, maka pengangguran di Indonesia akan meningkat. Faktanya penyerap tenaga kerja terbesar adalah sektor pertanian yaitu sekitar 42,47 juta orang per juli 2011. yang lebih menimbulkan suatu kebingungan adalah dana untuk pengembangan sektor pertanian khusunya beras, dana yang dikucurkan untuk pengembangan untuk produk ini sebesar..... belum mampu secara optimal meningkatkan produksi sektor pertanian utamanya tanaman pangan. Jadi ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi disini terkait peningkatan produksi sektor pertanian sekaligus usaha peningkatan ekspor produk agrikultur sebagai upaya peningkatan persaingan pasar ASEAN dan benteng bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Image : jpmi.or.id   

6/6/12

MP3KI : Harapan Tertinggi Pengurangan Kemiskinan Indonesia

Seperti yang kita tahu, satu semester lebih MP3EI sebagai perwujudan ekonomi maju Indonesia 2025 berjalan. Enam koridor ekonomi yang tertuang dalam MP3EI disiapkan sebagai langkah sinergis pemerintah untuk ekonomi Indonesia kedepan. Sebagai bukti riil terhadap masyarakat telah banyak tenaga kerja yang bisa diserap oleh proyek-proyek MP3EI. Sebgai affirmative action yang pro-growth, Pro-poor, pro-job, dan pro-environment maka pada tanggal 19 Januari 2012 pemerintah meluncurkan program MP3KI sebagai langkah pendamping menghadapi emerging economy 2025 sebagai usaha penyerapan kemiskinan Indonesia.
MP3KI merupakan apresiasi dari program MP3EI. Program yang terintegrasi baik itu lokasi, program dan sasaran ini akan membidik mitra kerjasama P4(Public, Private, People, and Partnership) sebagai pemenuhan dasar dan peningkatan pendapatan. MP3KI ini mengusung empat klaster program diantaranya bantuan siswa miskin, jamkesmas, raskin, PKH, BLT, PNMP, KUR, rumah sangat murah, kendaraan angkutan umum murah, air bersih untuk rakyat, dan listrik murah. Program-program pengentasan kemiskinan seperti ini akan merangsang pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik dan juga mengurangi angka pengangguran.
Melihat rencana yang matang dari pemerintah terhadap program MP3EI ini maka sepertinya inilah kebangkitan dunia pasar tenaga kerja Indonesia. Untuk mewujudakan pertumbuhan yang tinggi, inklusif, berkeadilan, dan berkelajutan maka efek jangka panjang MP3KI akan menjadi penyeimbang program MP3I. Berbagai program dengan strategi yang telkah disiapkan sedianya mampu sedikit demi sedikit menekan angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan amsyarakat kelas menengah ke bawah.

6/4/12

Kurs Tetap, Kurs Mengambang Bebas, Kurs Mengambang Terkendali dan Penerapannya Di Indonesia

       Kurs atau nilai tukar merupakan sebuah kunci bagi suatu negara untuk bertransaksi dengan dunia luar. Sistem pembayaran yang dilakukan baik di dalam negeri maupun luar negeri mau tidak mau harus terikat dengan nilai tukar atau kurs. Sistem nilai tukar sendiri terdiri dari beberapa jenis, yaitu kurs tetap, mengambang bebas, dan mengambang terkendali. Lalu kurs apa yang pernah ditetapkan di Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebelumnya kita telusuri dulu makna dari masing masing kurs serta kelebihan dan kekurangannya.

1. Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
 Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam negeri terhadap negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya penetapan kurs tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa mengendalikannya dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang berada dalam devisa negara untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali ke kurs tetap nya. Dalam kur tetap ini, bank sentral melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar.

Keunggulan :
  • Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin sempit.
  • Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar sehingga tetap stabil.
  • Pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan transaksi devisa.
  • Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai dengan hasilnya.
Kelemahan :
  • Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap kelebihan dan kekurangan di pasar valas.
  • Kurang fleksibel terhadap perubahan global.
  • Penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi pasar ekspor impor.
Penerapannya di Indonesia

Sistem nilai tukar tetap pernah berlaku di Indonesia. Berdasarkan UU No.32 tahun 1964 ditetapkan bahwa nilai tukar Indonesia sebesar Rp. 250,-/US Dollar. Sedangkan nilai tukar Indonesia terhadap negara lainnya ditetapkan berdasarkan nilai tukar dollar terhadap negara tersebut sesuai dengan yang berlaku di pasar valuta asing Jakarta dan internasional. Dalam periode penetapan kurs tetap tersebut, Indonesia juga menetapakan peraturan sistim kontrol devisa yang ketat. Dalam sistim ini, tidak ada pembatasan kepemilikan, penjualan, maupun pembelian valas namun para eksportir wajib menjual devisanya kepada bak sentral. Sebagai dampak dari penetapan kurs tetap tersebut maka Bank Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pasar valas bagi bank komersial maupun masyarakat. 
Dalam perjalanannya, Indonesia juga sempat mendevaluasi kurs tetapnya sebagai dampak dari overvaluated dan jika di biarkan akan mengancam aktivitas ekspor-impor. Pada tanggal 17 April 1970 Indonesia merubah kurs tetapnya dari posisi semula sebesar Rp. 250,-/US Dollar menjadi  Rp 378,-/US Dollar. Devaluasi yang kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 1971 menjadi Rp 415,-/US Dollar dan yang ketiga pada tanggal 15 November 1978 dengan nilai tukar sebesar Rp 625,-/US Dollar

2. Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)
Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar valuta. Dalam pasar ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat ekonomi moneter dan fiskal yang ada. Jadi dalam pasar valuta ini tidak murni berasal dari penawaran dan permintaan uang.

Keunggulan :
  • Mampu menjaga stabilitas moneter dengan lebih baik dan neraca pembayaran suatu negara.
  • Adanya aktifitas MD/MS dalam pasar valuta berdasarkan kurs indikasi akan mampu menstabilkan nilai tukar dengan lebih baik sesuai dengan kondisi ekonomi yang terjadi.
  • Devisa yang diperlukan tidak sebesar pada nilai tukar tetap.
  • Mampu memadukan sistem tetap dan mengambang.
Kelemahan :
  • Devisa harus selalu tersedia dan siap diguankan sewaktu-waktu.
  • Persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekualan dalam memprediksi dan menetapkan kurs.
  • Tidak selamanya mampu mengatasi neraca pembayaran.
  •  Selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta akan mengurangi devisa karena memakai devisa untuk menutupi selisihnya.
Penerapannya di Indonesia

Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan bersamaan dengan kebijakan devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33 %. Pada sistem ini nilai tukar Rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang (basket currencies) negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Dengan sistem tersebut, Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah spread (Teguh Triyono, 2005).
Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di Indonesia, nilai tukar Rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami depresiasi terhadap US Dollar. Nilai tukar Rupiah berubah-ubah antara Rp 644/US Dollar sampai Rp 2.383/US Dollar. Dengan perkataan lain, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung tidak pasti.

3. Kurs Mengambang Bebas (Free Floating Rate)
Kurs mengambang bebas merupakan suatu sistem ekonomi yang ditujukan bagi suatu negara yang sistem perekonomiannya sudah mapan. Sistim nilai tukar ini akan menyerahkan sleuruhnya kepada pasar untuk mencapai kondisi equilibrium yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal. Jadi dalam sistem nilai tukar ini hampir tidak ada campur tangan pemerintah. 

Keunggulan :
  • Cadangan devisa lebih aman.
  • Persaingan pasar ekspor-impor sesuai dengan mekanisme pasar.
  • Kondisi ekonomi negara lain tidak akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi dalam negeri.
  • Masalah neraca pembayaran dapat diminimalisir.
  • Tidak ada batasan valas.
  • Equilibrium pasar uang.
Kelemahan :
  •  Praktik spekulasi semakin bebas.
  • Penerapan sistem ini terbatas pada negara yang sistim perekonomiannya mapan, masih kurang teapt untuk negara berkembang.
  • Tidak adanya intervensi pemerintah untuk menjaga harga.
Penerapannya di Indonesia

Indonesia mulai menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas pada periode 1997 hingga sekarang. Sejak pertengahan Juli 1997, Rupiah mengalami tekanan yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai Rupiah terhadap US Dollar. Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanya currency turmoil yang melanda Thailand dan menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Untuk mengatasi tekanan tersebut, Bank Indonesia melakukan intervensi baik melalui spot exchange rate (kurs langsung) maupun forward exchange rate (kurs berjangka) dan untuk sementara dapat menstabilkan nilai tukar Rupiah. Namun untuk selanjutnya tekanan terhadap depresiasi Rupiah semakin meningkat.
Oleh karena itu dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang, pada tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia memutuskan untuk menghapus rentang intervensi sehingga nilai tukar Rupiah dibiarkan mengikuti mekanisme pasar.




Disqus for Economic Watcher